9 Ciri-Ciri Fisik Homo Soloensis
Aug 23, 2019
Edit
Homo Soloensis merupakan manusia purba yang termasuk dalam genus (homo) dan spesies dari homo erectus. Homo erectus soloensis nama ilmiah (subspesies) manusia purba dari solo ini. Temuan fosil yang ditemukan oleh beberapa peneliti luar negeri seperti Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, Oppenoorth, dan Ter Haar pada tahun 1931 sampai tahun 1933 didaerah Ngandong (Blora), Kecamatan Sambungmacan (Sragen) dan Sangiran. Penemuan fosil ini ditemukan pada lapisan Pleistosen Atas, dalam penggalian area tersebut ditemukan kerangka tulang dan artefak kuno.
Penemuan dari penggalian tersebut ditemukan diantaranya tulang tengkorak anak-anak, mamalia, dan berbagai benda peralatan kuno. Ditemukannya fosil Homo Soloensis pada area Pleistosen Atas dalam tingkatan kecerdasan dan kemampuan manusia purba H. soloensis lebih tinggi daripada Pithecanthropus erectus. Karena kemampuan dan bentuk fisik manusia dari solo ini disebut juga sebagai (homo). Pengidentifikasi memgenai alat prasejarah yang memiliki struktur anatomi yang sangat rentan kerusakan dan penemuan ini ditemukan didekat tulang hominid.
Alat-alat yang digunakan pada masa tersebut menggunakan kebudayan Ngandong yang bercirikan penggunaan bebatuan yang diruncingkan, pemakaian duri ikan pari, dan tulang binatang. Bahan-bahan tersebut menjadi sebuah hasil budaya yang berguna untuk membantu aktivitas mereka seperti: belati, kapak, dan tombak.
Peralatan tersebut digunakan mereka untuk berburu, berkebun dan mengumpulkan makanan. Namun dari hasil budaya tersebut para ahli berpendapat bahwa homo soloensis hidup dengan berpindah pindah tempat (nomaden).
Dalam kecerdasan Homo e. soloensis memiliki ukuran otak terbesar dari genus homo dan volume otaknya hampir menyamai manusia seperti kita. Berikut ciri - ciri manusia purba Homo Soloensis:
Dari ciri-ciri homo e. soloensis diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik morfologi mirip dengan manusia modern. Dalam bentuk struktur muka manusia purba dari jaman ke jaman hingga sekarang yaitu penyusutan dan pelebaran. Banyak penyusutan di bagian rona mata dan hidung yang menyusut dan mengalami penurunan kebawah, sehingga dibagian dahi mengalami pelebaran. Pada bagian samping alis atau bagian pelipis mengalami pengurangan tonjolan.
Ciri fisik Homo Soloensis tidak jauh berbeda dari Homo Erectus, karena manusia purba Homo Soloensis termasuk spesies dari Homo erectus dan subspesies ilmiahnya manusia dari solo ini (Homo Erectus Soloensis). Agar mempermudah memahami, lihat klasifikasi ilmiah manusia purba dari solo ini:
Jadi Homo Soloensis termasuk dalam Homo Erectus, mereka memiliki sistem kepercayaan yang mengatur kehidupan mereka. Kepercayaan muncul dan berkembang diantara aspek kehidupan homo soloensis. Mereka percaya bahwa didunia ini ada yang lebih besar dan agung dari dirinya, manusia diciptakan oleh satu Tuhan penguasa seluruh langit dan bumi.
Termasuk penganut monoteisme kuno yang dahulunya mempercayai tentang dewa-dewa beralih ke satu Tuhan yang telah menciptakan makhluk dan alam semesta. Namun, bentuk atau simbolis keagamaan yang diwujudkan dengan bentuk seperti: lukisan di goa-goa tersembunyi, punden berundak, kuil, menhir dan lain-lain.
Penemuan dari penggalian tersebut ditemukan diantaranya tulang tengkorak anak-anak, mamalia, dan berbagai benda peralatan kuno. Ditemukannya fosil Homo Soloensis pada area Pleistosen Atas dalam tingkatan kecerdasan dan kemampuan manusia purba H. soloensis lebih tinggi daripada Pithecanthropus erectus. Karena kemampuan dan bentuk fisik manusia dari solo ini disebut juga sebagai (homo). Pengidentifikasi memgenai alat prasejarah yang memiliki struktur anatomi yang sangat rentan kerusakan dan penemuan ini ditemukan didekat tulang hominid.
Alat-alat yang digunakan pada masa tersebut menggunakan kebudayan Ngandong yang bercirikan penggunaan bebatuan yang diruncingkan, pemakaian duri ikan pari, dan tulang binatang. Bahan-bahan tersebut menjadi sebuah hasil budaya yang berguna untuk membantu aktivitas mereka seperti: belati, kapak, dan tombak.
Peralatan tersebut digunakan mereka untuk berburu, berkebun dan mengumpulkan makanan. Namun dari hasil budaya tersebut para ahli berpendapat bahwa homo soloensis hidup dengan berpindah pindah tempat (nomaden).
Dalam kecerdasan Homo e. soloensis memiliki ukuran otak terbesar dari genus homo dan volume otaknya hampir menyamai manusia seperti kita. Berikut ciri - ciri manusia purba Homo Soloensis:
- Berjalan lebih sempurna
- Berdiri tegak
- Memiliki tinggi badan diantara 130 cm sampai 210 cm
- Bagian muka sudah tidak menonjol ke depan mirip manusia modern
- Dibagian pelipis alis menonjol
- Kapasitas otaknya berkisar antara 1.013 cm³ sampai 1.251 cm³
- Otot dibagian tengkuk mengalami penyusutan dan berkurang
- Bagian tulang tengkorak berukuran besar apabila dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus
- Pada bagian dahi miring kebelakang
Dari ciri-ciri homo e. soloensis diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik morfologi mirip dengan manusia modern. Dalam bentuk struktur muka manusia purba dari jaman ke jaman hingga sekarang yaitu penyusutan dan pelebaran. Banyak penyusutan di bagian rona mata dan hidung yang menyusut dan mengalami penurunan kebawah, sehingga dibagian dahi mengalami pelebaran. Pada bagian samping alis atau bagian pelipis mengalami pengurangan tonjolan.
Ciri fisik Homo Soloensis tidak jauh berbeda dari Homo Erectus, karena manusia purba Homo Soloensis termasuk spesies dari Homo erectus dan subspesies ilmiahnya manusia dari solo ini (Homo Erectus Soloensis). Agar mempermudah memahami, lihat klasifikasi ilmiah manusia purba dari solo ini:
Kingdom : | Animalia |
Filum : | Chordata |
Kelas : | Mammalia |
Ordo : | Primata |
SubOrdo : | Haplorhini |
Famili : | Hominidae |
SubFamili : | Homininae |
Bangsa : | Hominini |
Genus : | Homo |
Spesies : | Homo Erectus |
SubSpesies : | Homo Erectus Soloensis |
Jadi Homo Soloensis termasuk dalam Homo Erectus, mereka memiliki sistem kepercayaan yang mengatur kehidupan mereka. Kepercayaan muncul dan berkembang diantara aspek kehidupan homo soloensis. Mereka percaya bahwa didunia ini ada yang lebih besar dan agung dari dirinya, manusia diciptakan oleh satu Tuhan penguasa seluruh langit dan bumi.
Termasuk penganut monoteisme kuno yang dahulunya mempercayai tentang dewa-dewa beralih ke satu Tuhan yang telah menciptakan makhluk dan alam semesta. Namun, bentuk atau simbolis keagamaan yang diwujudkan dengan bentuk seperti: lukisan di goa-goa tersembunyi, punden berundak, kuil, menhir dan lain-lain.