Filum Acanthocephala
Jul 24, 2019
Edit
Filum Acanthocephala merupakan jenis cacing parasit yang terdapat di usus ikan, amfibi, burung, dan mamalia. Acanthocephala berasal dari bahasa Yunani, (akanthos) duri dan (kephale) kepala adalah cacing yang memiliki duri di kepala. Siklus hidup Acanthocephala sangat kompleks dan merupakan cacing parasit.
Sejarah penamaan Acanthocephala pada tahun 1771 diusulkan oleh Joseph Koelreuter. Philipp Ludwig Statius Müller menyebutkan bahwa cacing tersebut bernamakan Echinorhynchus pada tahun 1776. Karl Rudolphi pada tahun 1809 mempublikasikan secara resmi dengan nama "Acanthocephala".
Dari ciri-ciri diatas bahwa filum acanthocephala tidak memiliki mulut, lalu bagaimana cara makan dan bertahan hidup? Nah, cacing ini mengambil nutrisi inangnya secara langsung melalui permukaan kulit mereka. Acanthocephala termasuk kedalam kingdom animalia dan dikenal sebagai cacing parasit yang memiliki duri. Alat tersebut berguna sebagai pengait menusuk usus inangnya. Alat ini seperti belalai yang terdapat cincin kait berduri tersusun secara horisontal berguna untuk acanthocephala dapat menempel ke jaringan inangnya. Selain dapat menempel juga sebagai alat untuk menusuk atau menembus dinding usus inangnya.
Contoh dari acanthocephala antara lain;
Secara eksternal kulit memiliki tegument tipis untuk menutupi epidermis yang terdiri dari syncytium tanpa adanya dinding sel. Syncytiumterdapat lapisan serat otot melingkar didalamnya yang tidak beraturan, dan beberapa serat longitudinal tetapi tidak memiliki endotelium.
Jenis kelamin Acanthocephala terdapat 2 macam yaitu jantan dan betina.
Jantan memiliki dua testis yang terletak di kedua sisinya. Mesing-masing terdapat vas deferens yang mengandung tiga divertikula atau seminales vesikula. Jantan juga memiliki tiga pasang kelenjar semen, ditemukan di belakang testis, yang menuangkan sekresi mereka melalui saluran ke vas deferens.
Pada betina memiliki ovarium yang sel telur terdapat di rongga tubuh dan menunggu pembuahan oleh sperma jantan. Selanjutnya, setiap sel telur setelah pembuahan mengandung embrio. Embrio setelah menetas menjadi larva (tahan awal) yang dikeluarkan melalui saluran pencernaan tubuh inangnya dalam bentuk tinja.
Contoh alur siklus hidup Acanthocephala yang melibatkan sejumlah inang agar dapat bertahan hidup. Pertama, saat telur dikeluarkan oleh betina telur acanthocephala dilepaskan bersama dengan kotoran inang. Agar perkembangan terjadi, telur yang mengandung cacing parasit ini, perlu dicerna oleh arthropoda atau krustasea (terdapat satu siklus hidup yang dikenal yang menggunakan moluska sebagai inang perantara pertama). Di dalam inang perantara, acanthor dilepaskan dari telur dan berkembang menjadi acanthella. Kemudian menembus dinding usus, bergerak ke dalam rongga tubuh dan mulai bertransformasi ke tahap cacing dewasa. Bentuk ini memiliki semua organ telah dewasa sempurna.
Parasit akan dilepaskan saat inang perantara dicerna oleh inang akhir. Ketika dikonsumsi oleh inang akhir yang cocok, parasit itu mengeluarkan belalainya dan menembus dinding usus inangnya. Kemudian mendapatkan nutrisi dan dapat tumbuh berkembang organ-organ Acanthocephala. Cacing dewasa kemudian kawin. Jantan mengeluarkan kelenjar semen ke dalam betina, mencegah terjadinya kawin berikutnya. Embrio berkembang di dalam betina dan siklus hidup Acanthocephala terus berulang.
Sejarah penamaan Acanthocephala pada tahun 1771 diusulkan oleh Joseph Koelreuter. Philipp Ludwig Statius Müller menyebutkan bahwa cacing tersebut bernamakan Echinorhynchus pada tahun 1776. Karl Rudolphi pada tahun 1809 mempublikasikan secara resmi dengan nama "Acanthocephala".
- Berikut ciri-ciri atau karakteristik dari acanthocephala:
- Tidak memiliki mulut
- Tidak mempunyai sistem pencernaan
- Mempunyai duri di kepala (Proboscis)
- Memiliki bentuk tubuh bilateral simetris
- Kulit memiliki tegument tipis untuk menutupi epidermis, yang terdiri dari syncytium tanpa dinding sel
- Rongga tubuh (selom) dilapisi oleh mesoderm
- Tidak memiliki organ peredaran darah dan pernapasan
Dari ciri-ciri diatas bahwa filum acanthocephala tidak memiliki mulut, lalu bagaimana cara makan dan bertahan hidup? Nah, cacing ini mengambil nutrisi inangnya secara langsung melalui permukaan kulit mereka. Acanthocephala termasuk kedalam kingdom animalia dan dikenal sebagai cacing parasit yang memiliki duri. Alat tersebut berguna sebagai pengait menusuk usus inangnya. Alat ini seperti belalai yang terdapat cincin kait berduri tersusun secara horisontal berguna untuk acanthocephala dapat menempel ke jaringan inangnya. Selain dapat menempel juga sebagai alat untuk menusuk atau menembus dinding usus inangnya.
Contoh dari acanthocephala antara lain;
- Acanthocephalus jacksoni
- Macracanthorynchus hirudinceus
- Prosthorynchus formosus
- Neoechihorynchus
Secara eksternal kulit memiliki tegument tipis untuk menutupi epidermis yang terdiri dari syncytium tanpa adanya dinding sel. Syncytiumterdapat lapisan serat otot melingkar didalamnya yang tidak beraturan, dan beberapa serat longitudinal tetapi tidak memiliki endotelium.
Jenis kelamin Acanthocephala terdapat 2 macam yaitu jantan dan betina.
Jantan memiliki dua testis yang terletak di kedua sisinya. Mesing-masing terdapat vas deferens yang mengandung tiga divertikula atau seminales vesikula. Jantan juga memiliki tiga pasang kelenjar semen, ditemukan di belakang testis, yang menuangkan sekresi mereka melalui saluran ke vas deferens.
Pada betina memiliki ovarium yang sel telur terdapat di rongga tubuh dan menunggu pembuahan oleh sperma jantan. Selanjutnya, setiap sel telur setelah pembuahan mengandung embrio. Embrio setelah menetas menjadi larva (tahan awal) yang dikeluarkan melalui saluran pencernaan tubuh inangnya dalam bentuk tinja.
Contoh alur siklus hidup Acanthocephala yang melibatkan sejumlah inang agar dapat bertahan hidup. Pertama, saat telur dikeluarkan oleh betina telur acanthocephala dilepaskan bersama dengan kotoran inang. Agar perkembangan terjadi, telur yang mengandung cacing parasit ini, perlu dicerna oleh arthropoda atau krustasea (terdapat satu siklus hidup yang dikenal yang menggunakan moluska sebagai inang perantara pertama). Di dalam inang perantara, acanthor dilepaskan dari telur dan berkembang menjadi acanthella. Kemudian menembus dinding usus, bergerak ke dalam rongga tubuh dan mulai bertransformasi ke tahap cacing dewasa. Bentuk ini memiliki semua organ telah dewasa sempurna.
Parasit akan dilepaskan saat inang perantara dicerna oleh inang akhir. Ketika dikonsumsi oleh inang akhir yang cocok, parasit itu mengeluarkan belalainya dan menembus dinding usus inangnya. Kemudian mendapatkan nutrisi dan dapat tumbuh berkembang organ-organ Acanthocephala. Cacing dewasa kemudian kawin. Jantan mengeluarkan kelenjar semen ke dalam betina, mencegah terjadinya kawin berikutnya. Embrio berkembang di dalam betina dan siklus hidup Acanthocephala terus berulang.