Ciri-Ciri, Pengertian dan Penemu Meganthropus Paleojavanicus
Nov 18, 2019
Edit
Meganthropus paleojavanicus merupakan manusia purba tertua yang pernah menghuni Indonesia. Negara ini memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, sangat cocok untuk berkembang segala kehidupan (manusia, hewan dan tumbuhan). Manusia purba paling tua menghuni di wilayah Jawa ini berukuran sangat besar.
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak ditemukan berbagai macam struktur fosil manusia purba yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa bahkan Flores.
Meganthropus paleojavanicus ditemukan pada tahun 1936 ditemukan pertama kali oleh Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald di Sangiran, provinsi Jawa Tengah, meganthropus yang berarti "manusia bertubuh besar" merupakan genus pertama kali yang dipublikasikan secara formal pada tahun 1950. Pengaitan fosil Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang merujuk pada salah satu set fosil saat ditemukannya pada wilayah tersebut yaitu Jawa. Meganthropus hidup sekitar 1,9 juta tahun sampai dengan 300.000 tahun yang lalu dan memiliki rentang dari Afrika ke Eurasia.
Pada tahun (1939 sampai 1941) Franz Weidenreich memberitahukan kepada Gustav vonKoenigswald untuk pengaitan dengan genus baru. Pada tahun 1945 Weidenreich menyatakan penamaan manusia purba ini menjadi "Meganthropus palaeojavanicus". Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh vonKoenigswald pada tahun 1949 mengenai pengusulan Sangiran 1a, namun makalah ini tidak diterbitkan secara formal, pada tahun 1950 barulah Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald menyatakan bahwa genus dan spesies baru manusia purba terbesar dari Jawa untuk dicetak dan dipublikasikan secara resmi.
Pada dekade ke-6 abad kedua puluh berkembangnya penelitian mengenai manusia purba ini, barulah pergeseran genus ke Homo erectus sebagai taksonomi yang sekarang penyebutan penamaan menurut daerah temuan fosil tersebut yaitu diwilayah Jawa.
Menurut istilah meganthropus paleojavanicus secara etimologis berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti,
Pada zamannya pola kehidupan manusia purba meganthropus paleojavanicus yaitu hanya mengandalkan hasil alam ketika ditemuinya, kerena mereka hidup dengan berpindah-pindah tempat(nomaden). Walaupun individu tersebut masih vegetarian atau memakan tumbuh-tumbuhan dan buah, mereka hidup dengan berkelompok.
Berikut ini merupakan berbagai macam daftar set fosil yang menurut taksonomi dari Meganthropus paleojavanicus, sekarang sudah ditafsirkan termasuk Homo erectus. Pengaitan fosil dari Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang dikaitkan dan merujuk kepada salah satu set fosil yang pernah ditemukannya pada wilayah tersebut yaitu Jawa.
Penemuan fragmen mandibula (rahang) yang ditemukan oleh Kromopawiro didaerah dekat Glagah ombo (utara Sangiran). Dalam temuan struktur fragmen ini diperkirakan sudah berumur 1,6 juta tahun, dimana yang menunjukkan ukuran mandibula tersebut dan juga bentuk morfologi premolar yang amat primitif sebagai bukti penerapan genus dan spesies terbaru Meganthropus palaejavanicus. Banyak temuan fosil manusia purba lain tidak jauh ditemukan fosil ini. Pada akhirnya, tahun 1989 Kramer meneliti dan melakukan pembaharuan atas pernyataan bahwa fosil manusia purba ini menjadi H. erectus, menurut dari ukuran fosil tersebut.
Pada tahun 1937 sampai dengan 1941ditemukan fosil manusia purba berupa 54 gigi yang berkisar antara tahun 1,51juta - 1,6 juta tahun. Pada tahun 1984 Fred Grine menganalisis beberapa fragmen gigi dan kemudian ia merevisi untuk menyimpulkan apa yang ia dapat dari gigi tersebut. Kesimpulan menunjukkan bahwa mereka merupakan kelompok dari hominin, dalam 3 gigi FS (67, 72 dan 83) menunjukkan Pongo sp.(orang utan).
Penemuan sangiran 8 berupa gigi yang masih utuh dan fragmen mandibula. Pertama kali ditemukan dan diresmikan oleh P. Marks pada tahun 1953. Pada selang waktu berikutnya Le Gros Clark meneliti dan memperbaharui temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa individu ini tergolong H. erectus dan menjadi patokan Sangiran 8.
Penemuan di situs Sangiran 27 berupa fosil tengkorak dewasa parsial ditemukan di daerah desa Sangiran (arah utara Sungai Kemoro) pada tahun 1978. Temuan tersebut pada mulanya dilakukan sebuah kontruksi untuk membuat bendungan saat pengerjaan proyek tersebut. Usia tengkorak tersebut sekitar 1,66 juta dan 1,58 juta tahun yang lalu, ditemukan pada tingkatan Formasi Sangiran bagian atas. Teuku Jacob menggambarkan fosil tersebut dan individu ini termasuk "Meganthropus", namun pada tahun 2008 dilakukan penelitian ulang yang menyatakan bahwa keterkaitan dengan situs Sangiran 8. Anton dan Indriati (2008) juga mencatat mengenai fitur fosil individu ini termasuk dalam genus H.erectus.
Meganthropus paleojavanicus hidup pada zaman Paleolithikum (Zaman Batu Tua). Ciri-ciri paling menonjol Meganthropus yaitu tubuhnya yang besar, manusia purba tertua dari semua jenis yang ada di Indonesia.
Berikut ciri-ciri fisik manusia purba meganthropus paleojavanicus:
Demikian mengenai pengertian, penemuan struktur kerangka dan ciri-ciri fisik meganthropus paleojavanicus di Indonesia.
Sumber: https://cennathis.com/2015/02/06/meganthropus-palaeojavanicus-the-early-years-of-palaeoanthropological-research-1942-1955/
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak ditemukan berbagai macam struktur fosil manusia purba yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa bahkan Flores.
Pengertian Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus ditemukan pada tahun 1936 ditemukan pertama kali oleh Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald di Sangiran, provinsi Jawa Tengah, meganthropus yang berarti "manusia bertubuh besar" merupakan genus pertama kali yang dipublikasikan secara formal pada tahun 1950. Pengaitan fosil Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang merujuk pada salah satu set fosil saat ditemukannya pada wilayah tersebut yaitu Jawa. Meganthropus hidup sekitar 1,9 juta tahun sampai dengan 300.000 tahun yang lalu dan memiliki rentang dari Afrika ke Eurasia.
Pada tahun (1939 sampai 1941) Franz Weidenreich memberitahukan kepada Gustav vonKoenigswald untuk pengaitan dengan genus baru. Pada tahun 1945 Weidenreich menyatakan penamaan manusia purba ini menjadi "Meganthropus palaeojavanicus". Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh vonKoenigswald pada tahun 1949 mengenai pengusulan Sangiran 1a, namun makalah ini tidak diterbitkan secara formal, pada tahun 1950 barulah Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald menyatakan bahwa genus dan spesies baru manusia purba terbesar dari Jawa untuk dicetak dan dipublikasikan secara resmi.
Pada dekade ke-6 abad kedua puluh berkembangnya penelitian mengenai manusia purba ini, barulah pergeseran genus ke Homo erectus sebagai taksonomi yang sekarang penyebutan penamaan menurut daerah temuan fosil tersebut yaitu diwilayah Jawa.
Menurut istilah meganthropus paleojavanicus secara etimologis berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti,
- Mega (besar atau agung) Anthropus (manusia) Paleo (tua, kuno) Javanicus (Jawa) Jadi, apabila digabungkan menjadi "Manusia Bertubuh Besar Tertua dari Jawa".
Pada zamannya pola kehidupan manusia purba meganthropus paleojavanicus yaitu hanya mengandalkan hasil alam ketika ditemuinya, kerena mereka hidup dengan berpindah-pindah tempat(nomaden). Walaupun individu tersebut masih vegetarian atau memakan tumbuh-tumbuhan dan buah, mereka hidup dengan berkelompok.
Penemuan Fosil "Meganthropus"
Berikut ini merupakan berbagai macam daftar set fosil yang menurut taksonomi dari Meganthropus paleojavanicus, sekarang sudah ditafsirkan termasuk Homo erectus. Pengaitan fosil dari Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang dikaitkan dan merujuk kepada salah satu set fosil yang pernah ditemukannya pada wilayah tersebut yaitu Jawa.
- Sangiran 6a
Penemuan fragmen mandibula (rahang) yang ditemukan oleh Kromopawiro didaerah dekat Glagah ombo (utara Sangiran). Dalam temuan struktur fragmen ini diperkirakan sudah berumur 1,6 juta tahun, dimana yang menunjukkan ukuran mandibula tersebut dan juga bentuk morfologi premolar yang amat primitif sebagai bukti penerapan genus dan spesies terbaru Meganthropus palaejavanicus. Banyak temuan fosil manusia purba lain tidak jauh ditemukan fosil ini. Pada akhirnya, tahun 1989 Kramer meneliti dan melakukan pembaharuan atas pernyataan bahwa fosil manusia purba ini menjadi H. erectus, menurut dari ukuran fosil tersebut.
- Sangiran 7
Pada tahun 1937 sampai dengan 1941ditemukan fosil manusia purba berupa 54 gigi yang berkisar antara tahun 1,51juta - 1,6 juta tahun. Pada tahun 1984 Fred Grine menganalisis beberapa fragmen gigi dan kemudian ia merevisi untuk menyimpulkan apa yang ia dapat dari gigi tersebut. Kesimpulan menunjukkan bahwa mereka merupakan kelompok dari hominin, dalam 3 gigi FS (67, 72 dan 83) menunjukkan Pongo sp.(orang utan).
- Sangiran 8
Penemuan sangiran 8 berupa gigi yang masih utuh dan fragmen mandibula. Pertama kali ditemukan dan diresmikan oleh P. Marks pada tahun 1953. Pada selang waktu berikutnya Le Gros Clark meneliti dan memperbaharui temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa individu ini tergolong H. erectus dan menjadi patokan Sangiran 8.
- Sangiran 27
Penemuan di situs Sangiran 27 berupa fosil tengkorak dewasa parsial ditemukan di daerah desa Sangiran (arah utara Sungai Kemoro) pada tahun 1978. Temuan tersebut pada mulanya dilakukan sebuah kontruksi untuk membuat bendungan saat pengerjaan proyek tersebut. Usia tengkorak tersebut sekitar 1,66 juta dan 1,58 juta tahun yang lalu, ditemukan pada tingkatan Formasi Sangiran bagian atas. Teuku Jacob menggambarkan fosil tersebut dan individu ini termasuk "Meganthropus", namun pada tahun 2008 dilakukan penelitian ulang yang menyatakan bahwa keterkaitan dengan situs Sangiran 8. Anton dan Indriati (2008) juga mencatat mengenai fitur fosil individu ini termasuk dalam genus H.erectus.
Ciri Fisik Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus hidup pada zaman Paleolithikum (Zaman Batu Tua). Ciri-ciri paling menonjol Meganthropus yaitu tubuhnya yang besar, manusia purba tertua dari semua jenis yang ada di Indonesia.
Berikut ciri-ciri fisik manusia purba meganthropus paleojavanicus:
- Tidak memiliki dagu sedangkan bagian mulut menonjol
- Memakan makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan (vegetarian)
- Bagian tulang ubun-ubun pendek
- Bagian belakang kepala menonjol
- Bentuk hidung melebar
- Memiliki tonjolan dibagian kening muka
- Mempunyai tulang pipi yang menebal
- Memiliki postur tubuh tegap dan besar
- Memiliki gigi dan rahang yang kuat dan besar
Demikian mengenai pengertian, penemuan struktur kerangka dan ciri-ciri fisik meganthropus paleojavanicus di Indonesia.
Sumber: https://cennathis.com/2015/02/06/meganthropus-palaeojavanicus-the-early-years-of-palaeoanthropological-research-1942-1955/