7 Ciri-Ciri Masa Bercocok Tanam
Jan 23, 2020
Edit
Pengertian masa bercocok tanam (food producing period) adaalah zaman dimana manusia hidup dengan mengolah alam dan potensinya untuk menghasilkan makanan melalui kegiatan pertanian. Sejarah kemunculan zaman bercocok tanam atau pertanian muncul pada zaman Mesolitikum.
Berikut Ciri-Ciri kehidupan pada masa Bercocok Tanam:
Kemunculan zaman bercocok tanam dari era transisi dari gaya hidup berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) ke gaya hidup pertanian ataupun memelihara hewan ternak. Pada zaman ini cara hidup menjadi menetap dan sudah tidak lagi berpindah-pindah tempat tinggal. Sistem pertanian melibatkan lebih banyak pekerjaan dari pada berburu dan meramu, akan tetapi lebih banyak pula hasil makanan yang didapatkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan dari berburu dan meramu ke zaman bercocok tanam:
Periode perubahan dimana manusia mulai membudidayakan tanaman, pembiakan hewan untuk makanan dan membentuk permukiman yang sudah permanen. Banyak sisi peradapan yang dapat diketahui pada zaman bercocok tanam. Beberapa kelompok manusia meninggalkan gaya hidup nomaden, berburu dan mengumpulkan makanan ke sistem pertanian. Diperlukan waktu ratusan bahkan ribuan tahun bagi manusia untuk beralih sepenuhnya dari gaya hidup mencari ke memelihara sumber daya alam.
Kehidupan ekonomi dan soial dari zaman bercocok tanam hidup secara menetap, tidak bergantung pada perburuan selanjutnya memulai memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam demi memenuhi kebutuhan hidup dan hewan mulai dipelihara.
Sejarah pertanian atau bercocok tanam terdapat beberapa teori faktor-faktor yang mendorong terciptanya sistem pertanian antara lain;
The Oasis Theory, pada mulanya diusulkan oleh Raphael Pumpelly pada tahun 1908, dipopulerkan oleh V. Gordon Childe pada tahun 1928 dan diringkas dalam buku Childe, Man Makes Himself. Teori ini memiliki sedikit dukungan di antara para arkeolog tentang keterkaitan iklim.
Hipotesis Hilly Flanks, yang diusulkan oleh Robert Braidwood pada tahun 1948, menunjukkan bahwa pertanian dimulai di lereng berbukit di pegunungan Taurus dan Zagros, di mana iklimnya tidak lebih kering seperti yang diyakini Childe, dan tanah subur mendukung berbagai tanaman dan hewan dapat tumbuh.
Model Feasting oleh Brian Hayden menunjukkan bahwa pertanian mendorong mereka untuk lebih berkembang dan menciptakan teknologi pertanian.
Teori-teori demografis yang dikemukakan oleh Carl Sauer diperbaharui oleh Lewis Binford dan Kent Flannery mengemukakan bahwa populasi yang semakin berkembang menciptakan daya dukung lingkungan lokal dan menciptakan lebih banyak makanan. Berbagai faktor sosial dan ekonomi turut mendorong kebutuhan akan makanan.
Teori evolusi / intensionalitas, yang dikemukakan oleh David Rindos bahwa pertanian sebagai adaptasi evolusioner dari tanaman dan manusia.
Peter Richerson, Robert Boyd, dan Robert Bettinger membuat pengembangan hipotesis pertanian bertepatan dengan iklim yang semakin stabil di awal Holosen. Buku Ronald Wright dan Massey Lecture Series A Short History of Progress mempopulerkan hipotesis ini.
Dampak Younger Dry adalah peristiwa kepunahan megafauna dan mengakhiri periode gletser terakhir yang memberikan keadaan yang mengharuskan evolusi masyarakat pertanian agar umat manusia dapat bertahan hidup. Revolusi pertanian itu sendiri adalah cerminan dari kelebihan populasi tipikal oleh spesies tertentu setelah peristiwa awal selama era kepunahan.
Leonid Grinin berpendapat bahwa "apa pun tanaman yang dibudidayakan, penemuan pertanian independen selalu terjadi di lingkungan alam khusus". Grinin menyebut tanggal dimulainya revolusi pertanian dalam interval 12.000 hingga 9.000 tahun yang lalu, meskipun dalam beberapa kasus tulang tanaman atau hewan peliharaan yang dibiakkan pertama kali ditemukan lebih tua dari usia 14-15 ribu tahun yang lalu.
Masa bercocok tanam pada kemunculan pertama kali sistem ini terdapat manusia purba pendukung yaitu Homo Sapiens. Homo sapiens adalah manusia purba paling cerdas dibadingkan dengan manusia purba yang sebelumnya. Manusia purba ini mampu menciptakan alat yang digunakan untuk kebutuhan kehidupan kesehariannya. Hal ini menjadi pendorong dalam kemunculan pertanian (bercocok tanam) oleh perkembangan kecerdasan manusia.
Demikian mengenai zaman bercocok tanam, semoga melalui blog ini apa yang kamu cari dalam menjawab tugas atau belajarmu lebih mudah.
Berikut Ciri-Ciri kehidupan pada masa Bercocok Tanam:
- Hidup menetap dan tinggal di perkampungan kecil yang umumnya dekat dengan sumber air.
- Mengolah alam dan potensinya dengan membuka ladang tadah hujan dan ladang berpindah.
- Mengenal dan menerapkan peraturan sosial, solidaritas dan kerja sama.
- Mengenal pembagian tugas dan system kepemimpinan yang disebut primus inter pares (individu yang memiliki yang kuat, berwibawa, disegani dan mampu memecahkan masalah.
- Menciptakan dan menggunakan peralatan yang terbuat dari batu, kayu, tulang dan tanduk dengan bentuk lebih halus dibandingkan peralatan zaman berburu dan meramu, contohnya hasil kebudayaan dan teknologi zaman bercocok tanam sebagai berikut ini;
- Beliung persegi, berfungsi untuk melubangi dan mengukir kayu.
- Belincung, berfungsi untuk membuat perahu.
- Kapak persegi, berfungsi untuk menggali, memotong, memecah dan sebagai senjata.
- Mengenal bentuk-bentuk system kepercayaan.
- Mengenal bahasa walaupun masih sederhana.
Kemunculan zaman bercocok tanam dari era transisi dari gaya hidup berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) ke gaya hidup pertanian ataupun memelihara hewan ternak. Pada zaman ini cara hidup menjadi menetap dan sudah tidak lagi berpindah-pindah tempat tinggal. Sistem pertanian melibatkan lebih banyak pekerjaan dari pada berburu dan meramu, akan tetapi lebih banyak pula hasil makanan yang didapatkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan dari berburu dan meramu ke zaman bercocok tanam:
- Perubahan iklim menyebabkan berkurangnya sumber makanan.
- Kepadatan populasi yang menyebabkan pesaingan dalam memperoleh makanan.
- Perburuan yang berlebihan mendorong berkurangnya sumber makanan.
Periode perubahan dimana manusia mulai membudidayakan tanaman, pembiakan hewan untuk makanan dan membentuk permukiman yang sudah permanen. Banyak sisi peradapan yang dapat diketahui pada zaman bercocok tanam. Beberapa kelompok manusia meninggalkan gaya hidup nomaden, berburu dan mengumpulkan makanan ke sistem pertanian. Diperlukan waktu ratusan bahkan ribuan tahun bagi manusia untuk beralih sepenuhnya dari gaya hidup mencari ke memelihara sumber daya alam.
Kehidupan ekonomi dan soial dari zaman bercocok tanam hidup secara menetap, tidak bergantung pada perburuan selanjutnya memulai memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam demi memenuhi kebutuhan hidup dan hewan mulai dipelihara.
Sejarah pertanian atau bercocok tanam terdapat beberapa teori faktor-faktor yang mendorong terciptanya sistem pertanian antara lain;
The Oasis Theory, pada mulanya diusulkan oleh Raphael Pumpelly pada tahun 1908, dipopulerkan oleh V. Gordon Childe pada tahun 1928 dan diringkas dalam buku Childe, Man Makes Himself. Teori ini memiliki sedikit dukungan di antara para arkeolog tentang keterkaitan iklim.
Hipotesis Hilly Flanks, yang diusulkan oleh Robert Braidwood pada tahun 1948, menunjukkan bahwa pertanian dimulai di lereng berbukit di pegunungan Taurus dan Zagros, di mana iklimnya tidak lebih kering seperti yang diyakini Childe, dan tanah subur mendukung berbagai tanaman dan hewan dapat tumbuh.
Model Feasting oleh Brian Hayden menunjukkan bahwa pertanian mendorong mereka untuk lebih berkembang dan menciptakan teknologi pertanian.
Teori-teori demografis yang dikemukakan oleh Carl Sauer diperbaharui oleh Lewis Binford dan Kent Flannery mengemukakan bahwa populasi yang semakin berkembang menciptakan daya dukung lingkungan lokal dan menciptakan lebih banyak makanan. Berbagai faktor sosial dan ekonomi turut mendorong kebutuhan akan makanan.
Teori evolusi / intensionalitas, yang dikemukakan oleh David Rindos bahwa pertanian sebagai adaptasi evolusioner dari tanaman dan manusia.
Peter Richerson, Robert Boyd, dan Robert Bettinger membuat pengembangan hipotesis pertanian bertepatan dengan iklim yang semakin stabil di awal Holosen. Buku Ronald Wright dan Massey Lecture Series A Short History of Progress mempopulerkan hipotesis ini.
Dampak Younger Dry adalah peristiwa kepunahan megafauna dan mengakhiri periode gletser terakhir yang memberikan keadaan yang mengharuskan evolusi masyarakat pertanian agar umat manusia dapat bertahan hidup. Revolusi pertanian itu sendiri adalah cerminan dari kelebihan populasi tipikal oleh spesies tertentu setelah peristiwa awal selama era kepunahan.
Leonid Grinin berpendapat bahwa "apa pun tanaman yang dibudidayakan, penemuan pertanian independen selalu terjadi di lingkungan alam khusus". Grinin menyebut tanggal dimulainya revolusi pertanian dalam interval 12.000 hingga 9.000 tahun yang lalu, meskipun dalam beberapa kasus tulang tanaman atau hewan peliharaan yang dibiakkan pertama kali ditemukan lebih tua dari usia 14-15 ribu tahun yang lalu.
Masa bercocok tanam pada kemunculan pertama kali sistem ini terdapat manusia purba pendukung yaitu Homo Sapiens. Homo sapiens adalah manusia purba paling cerdas dibadingkan dengan manusia purba yang sebelumnya. Manusia purba ini mampu menciptakan alat yang digunakan untuk kebutuhan kehidupan kesehariannya. Hal ini menjadi pendorong dalam kemunculan pertanian (bercocok tanam) oleh perkembangan kecerdasan manusia.
Demikian mengenai zaman bercocok tanam, semoga melalui blog ini apa yang kamu cari dalam menjawab tugas atau belajarmu lebih mudah.