Moko : Pengertian, Ciri-Ciri, Sejarah dan Fungsi
Salah satu kebudayaan atau tradisi dari Pulau Alor yang terkenal, ialah Moko yang mereka punya sebagai salah satu maskawin pernikahan, dimana Moko tersebut sudah ada dan turun-temurun dari nenek moyang mereka. Tidak heran jika Pulau yang satu ini di juluki sebagai pulau yang memiliki 1000 Moko.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan budaya dan tradisi, dimana tidak semua wilayahnya memiliki tradisi dan budaya yang sama. Contohnya seperti antara Yogyakarta dengan Bandung yang memiliki kebudayaan yang sangat berbeda. Begitu juga dengan wilayah Negara Indonesia yang lain seperti di NTT atau Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Pulau Alor.
Pengertian Moko
Moko adalah alat bunyi-bunyian yang berbentuk seperti drum pada bagian atas memiliki selaput bunyi dan terbuat dari logam perunggu berasal dari Alor (Nusa Tenggara Timur). Para arkeolog mengatakan bahwa Moko ini berasal dari zaman Perunggu dan akulturasi dari kebudayaan Dong-Son di Vietnam yang akhirnya tersebar ke Indonesia.
Adapun beberapa pendapat para ahli sejarah lain, dimana mereka mengatakan bahwa Moko-moko ini di bawa oleh para pedagang Cina pada masa komoditas seperti rempah-rempah mulai ditukar dengan hal lain di Indonesia. Moko-moko itu awalnya akan tukarkan dengan beberapa rempah-rempah yang ada di Maluku dan Kepulauan Banda yang dulu menjadi komoditas rempah-rempah paling banyak.
Namun karena mereka kehabisan persediaan makan serta perjalanan mereka masih jauh, maka Moko-moko tersebut mereka tukarkan dengan makanan di tempat mereka terdampar yakni Pulau Alor. Moko tersebut berbentuk nekara perunggu, dimana di 1000+ tahun lalu dijadikan sebagai alat tukar sebelum adanya mata uang.
Ciri-Ciri Moko
Adapun ciri-ciri dari moko yang berasal dari pulau Alor antara lain;
- Berbentuk seperti gendang yang terbuat dari logam perunggu.
- Memiliki diameter sekitar 40-50 cm, tinggi sekitar 80-90 cm.
- Mempunyai ukiran hias pada bagian permukaan.
- Ukuran moko lebih kecil dibandingkan dengan Nekara.
Untuk pola hiasannya, Moko ini mengikuti zaman pembuatannya. Ada beberapa Moko yang hampir sama dengan benda-benda peninggalan masa kerajaan Majapahit serta beberapa kerajaan lain di Jawa. Bentuk dari Moko pun bermacam-macam. Ada yang lonjong seperti gendang yang berukuran kecil, ada juga seperti drum yang memiliki diameter yang cukup banyak.
Sejarah Moko di Indonesia
Sejarah kemunculan kebudayaan moko berawal dari pertukaran budaya di Asia Tenggara dari jalur perdagangan tradisional kuno yang terjadi sepanjang Timur Tengah dan India, selanjutnya ke Asia Tenggara dan ke Cina. Kebudayan Moko di Indonesia terdapat dua penyaluran tradisi yaitu dari kerajaan kembar Makasar Gowa dan Tallo pada sekitar abad ke 13 sampai dengan 16 Masehi.
Pada kerajaan Tallo yang mendominasi di sektor maritim, dengan letak geografi di barat daya pulau Sulawesi. Maka dari letak yang cukup strategis, hal ini terjadi adanya hubungan dagang antara kepulauan barat. Selain itu, adanya perjodoham antara penguasa Tallo dengan Surabaya menjadi faktor berkembangnya sektor-sektor tersebut.
Pada era perdagangan dari berbagai wilayah berkembangan situasi politik sosial terkait penggunaan moko perunggu. Sejarah kemunculan moko diberbagai wilayah memunculkan pola hias yang bermacam-macam.
Moko dibawa oleh pedagang asing pada awalnya dibawa dari perantara Melayu-Cina yang berkaitan dengan kebudayaan Dong Son. Suku-suki di Pulau Alor percaya bahwa moko berasal dari tanah dan berhak dimiliki oleh para bangsawan sebagai penanda status sosial. Akan tetapi, moko juga sebagai alat barter oleh para penduduk yang pada waktu itu menyebabkan inflasi masa Hindia Belanda, sehingga penguasa era tersebut mengurangi peredaran moko. Moko juga sebagai alat pengiring tari-tarian adat Pulau Alor, hal ini menjadi julukan Pulau Seribu Moko.
Fungsi Moko
Di Pulau Alor, Moko memiliki 4 fungsi sebagai berikut;
- Maskawin
- Alat barter
- Alat pengiring dalam upacara adat
- Sebagai penanda status sosial
Uraian Fungsi Moko
Para ahli berpendapat bahwa fungi dari moko terdapat 4 aspek antara lain; aspek status sosial, maskawin, alat tukar ekonomi dan alat musik.
Fungsi Aspek Status SosialYang pertama adalah fungsi di aspek status sosial. Ternyata jika diamati kembali, Moko memiliki jenis dan bentuk tertentu. Jika ada salah satu keluarga memiliki Moko yang berbeda, maka bisa di bilang orang tersebut memiliki derajat yang lumayan penting di kehidupan sosial masyarakat. Bisa dibilang, keluarga tersebut terpandang di masyarakat sosial Pulau Alor.
Fungsi Mas KawinYang kedua adalah sebagai mas kawin. Dimana telah disinggung bahwa Moko digunakan sebagai mas kawin saat acara pernikahan berlangsung. Calon suami harus memberikan mas kawin berbentuk Moko kepada calon istri. Namun jika pihak dari calon suami tidak memiliki Moko sebagai mas kawin, maka pihak pria bisa meminjam kepada tetua adat di wilayah tersebut. Sebagai gantinya, pihak pria harus mengganti Moko tersebut dengan uang yang jumlah nominalnya ditentukan dari tetua adat.
Fungsi Alat TukarYang ketiga adalah fungsi sebagai alat tukar ekonomi. Dari zaman pedagang dari berbagai negara masuk ke Indonesia terutama negara Cina, menggunakan Moko sebagai alat tukar dengan makanan sebagai persediaan saat perjalanan berlangsung.
Namun karena hal tersebut, pada zaman kolonial Belanda, Indonesia mengalami inflasi besar-besaran dan akhirnya Moko pun di batasi peredaran produknya ke berbagai wilayah di Indonesia, bahkan di beberapa negara pun di batasi. Hal ini dikarenakan adanya sistem pemerintahan baru di Indonesia, sehingga terjadilah hal demikian.
Fungsi Alat MusikFungsi moko sebagai pengiring tarian adat di Alor, seperti tari lego. Tarian ini diiringi dengan tabuhan moko ataupun gong beserta sebuah nyanyian dan suara bunyi gemercik gelang kaki.
Dalam masyarakat Alor, jika seseorang menggunakan Moko sebagai alat musik mereka, maka dipastikan mereka akan memiliki vibes sebagai pria yang memiliki lambing kejantanan yang sangat kuat.
Seiring berjalannya waktu, Moko ini mulai dikumpulkan dan dinobatkan sebagai peninggalan bersejarah di Pulau Alor.