Punden Berundak : Ciri-Ciri, Fungsi dan Peninggalan

Punden Berundak atau disebut juga teras berundak adalah sebuah bangunan peninggalan pada zaman megalitikum memiliki struktur bentuk bangunan berupa teras yang mengarah ke satu titik mengerucut ke atas. Bangunan ini banyak ditemukan dan tersebar di situs-situs purbakala di Indonesia yang menjadi salah satu peninggalan dan contoh budaya Nusantara.

Punden Berundak
Contoh gambar situs prasejarah punden berundak di Situs Purbakala Pugung Raharjo, Lampung

Menurut etimologi "Punden Berundak" berasal dari penjabaran bahasa Jawa, yakni dari kata punden atau pundian artinya tempat pemujaan sedangkan berundak artinya bertingkat. Jadi arti punden berundak adalah sebuah tempat pemujaan yang memiliki bentuk bertingkat.

Peninggalan punden berundak berada atau terletak di tempat-tempat tinggi. Semakin tinggi tempat maka akan semakin dekat dengan para leluhur.

Periodesasi punden berundak adalah peninggalan kebudayaan megalitikum dari periode pra-Hindu masyarakat Austronesia yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme., hubungan punden berundak merupakan cikal bakal bentuk arsitektural dari bangunan pada periode selanjutnya seperti masuknya agama Buddha sampai agama Islam. Seperti contoh candi borobudur yang memakai stuktur bangunan piramida bertingkat (punden berundak) dan Masjid menara kudus menggunakan gaya bangunan dari corak agama Hindu-Buddha.

Persebaran peninggalan ini tersebar dari Nusantara hingga ke Polinesia.

Akhir dari kebudayaan punden berundak pada saat masuknya agama dari luar muncul kebudayaan baru yang menghilangkan pembangunan punden berundak di Indonesia. Namun arsitektur dari punden berundak adalah corak yang digunakan pada bangunan periode selanjutnya.

Fungsi Punden Berundak

    Adapun fungsi dari punden berundak antara lain;
  • sebagai tempat pemujaan dan penghormatan para leluhur.
  • sebagai tempat pemakaman.
  • sebagai simbol dan nilai kegunaan sebuah monumen atau bangunan suci tempat bersemayam roh leluhur, yang diyakini akan memberikan berkah berupa kesuburan, ketentraman, dan kesejahteraan masyarakat pendukungnya.

Ciri-Ciri Punden berundak

    Berikut ciri-ciri dari punden berundak antara lain;
  • Berbentuk seperti piramida bertingkat berasal dari zaman megalitikum.
  • Memiliki bentuk geometris
  • Peninggalan punden berundak terletak di tempat-tempat tinggi (seperti gunung).
  • Terbuat dari tatanan batu ataupun tanah yang bertingkat mengerucut.
  • Terdapat 3 tingkatan (tingkat pertama : bermakna kehidupan di kandungan, tingkat kedua : bermakna kehidupan yang ada di dunia, tingkat ketiga : bermakna kehidupan setelah kematian yakni akhirat).

Disamping sarkofagus, menhir dan dolmen corak budaya megalitikum yang memiliki struktur bentuk bertingkat yaitu punden berundak.
Punden berundak tidak dapat disamakan dengan piramida (seperti piramida di Mesir), karena punden berundak lebih menonjolkan tata ruang ataupun bentang alam.

Pembangunan punden ini didirikan di lokasi yang tinggi, menurut kepercayaan bahwa gunung-gunung dan tempat tinggi lainnya merupakan persemayaman para arwah leluhur.

    Contoh situs peninggalan punden berundak di Indonesia antara lain;
  1. Situs Pangguyangan (Jawa Barat)
  2. Situs Batu Goong (Jawa Barat)
  3. Situs Lebak Sibedug (Jawa Barat)
  4. Situs Gunung Padang (Jawa Barat)
  5. Situs Purbakala Pugung Raharjo (Lampung)
  6. Pura Mehu Desa Selulung (Bali)

Bentuk dan konsep punden berundak mempengaruhi dalam arsitektur bangunan periode selanjutnya. Hal ini seperti ditemukan pada bentuk dasar dari monumen candi Buddha Borobudur di Jawa Tengah. Selain itu Bangunan-bangunan dari periode akhir Majapahit juga menunjukkan arsitektur punden berundak, seperti pada Candi Sukuh dan Candi Cetho di Jawa Tengah. Akhir dari kejayaan punden berundak yaitu telah masuknya agama dari luar yang melunturkan kebudayaan tersebut.

Demikianlah dari saya untuk Pengertian, Fungsi, Ciri-Ciri dan peninggalan punden berundak diberbagai situs di Indonesia. Semoga dari blog ini kamu dapat menemukan apa yang kamu cari.
hfzo ilmu itu bisa dipahami harus dengan berbagai cara

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel